Untuk mempermudah
pemahaman tentang perbedaan bacaan hamzah, berikut adalah potongan ayat yang ditandai
dengan warna berbeda. Warna merah adalah hamzah washol,
warna biru adalah hamzah qoth’i dan warna hijau adalah alif.
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنْزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِ ى مِنَ ٱلثَّمَرٰتِ
رِزْقًالَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوْاللهِ أَنْدَادًا وأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
1. Hamzah Qoth’i
Hamzah
qoth’i adalah hamzah
yang selalu terucap (tidak gugur pelafalannya) sesuai dengan tanda bacanya.
Hamzah qoth’i dapat terletak di awal atau di tengah-tengah bacaan dengan berbagai kaidah penulisan seperti
berikut:
أ إ لأ لإ ؤ ئ
Dinamakan
Qoth’i (putus) karena jika
bertanda sukun dilafalkan dengan cara memutus bacaan diantara dua huruf, atau dalam
transliterasi Indonesia sama seperti membaca tanda petik/ koma atas. Aturan
bacaannya harus dilafalkan dengan jelas (izhar).
Contoh:
يُــؤْمِنُوْنَ - شَانِــئَــكَ - مَّــأْ كُوْلٍ
2. Hamzah Washol
Dinamakan Washol
(sambung) karena berfungsi sebagai penyambung bacaan sukun atau tasydid yang terdapat di awal bacaan.
Tandanya berupa tanda seperti shod kecil
di atas alif ( ٱ ).
Dalam beberapa mushaf yang tidak
membedakan hamzah washol dengan alif biasa atau alif thobi’i (tidak ada tanda
di atas alif), maka hamzah washol dicirikan dengan selalu diikuti dengan huruf bertanda sukun atau tasydid.
Hamzah washol hanya dilafalkan apabila
berada di awal bacaan dan gugur pelafalannya (atau diganti dengan ‘ni’) jika
berada di tengah bacaan.
Lebih jelas mengenai aturan bacaannya dapat diuraikan sebagai berikut:
o Jika terletak di awal bacaan dan
diikuti huruf lam maka dibaca fathah.
Contoh :
ٱلْحُطَمَةُ --> اَلْحُطَمَةُ ٱلنَّاسِ --> اَلنَّاسِ
o Jika hamzah washol terdapat di awal
kata dengan huruf ketiga berbaris dhomma (fi’il amr = kata perintah), maka
dibaca dhommah.
Contoh :
ٱسْجُدُ --> اُسْجُدُ ٱزْدُجِرَ
--> اُزْدُجِرَ
o Hamzah washol sama’i (tanpa kaedah), terdapat pada 7
kata benda (isim) berikut dibaca
kasroh (apa pun harokat pada huruf ketiga):
ٱبْن - ٱسْم - ٱمْرؤ - ٱبْنة - ٱمْرأة - ٱثْنان - ٱثْنتان
o Jika terdapat pada kata kerja
(fi’il) dengan huruf kedua bertanda tasydid fathah, atau huruf ketiga bertanda fathah
atau kasroh, maka dibaca kasroh.
Contoh :
ٱرْجِعُوْ --> اِرْجِعُوْ ٱتَّــخَذُوْ --> اِتَّخَذُوْ
o
Hamzah washol yang berada di
tengah-tengah bacaan (termasuk di awal ayat tapi dibaca bersambung dengan akhir
ayat sebelumnya) tidak dibaca, kecuali didahului tanda tanwin, maka diganti
dengan bacaan ‘ni’.
Contoh :
Hamzah washol yang tidak dilafalkan
وَبِٱلْحَقُّ - وَٱهْرُجُوْ - فَٱسْجُدِ
Hamzah washol yang diganti bacaan
‘ni’
لُّمَزَةٍ ٱلَّذِى --> لُّمَزَةِنِالَّذِى
أَحَدٌ ٱللهُ --> أَحَدُنِا للهُ
No comments:
Post a Comment