Menurut
etimologi, tafkhim berarti menebalkan, sedangkan tarqiq berarti menipiskan.
Menurut istilah tajwid, tafkhim berarti bunyi yang memenuhi mulut, sedangkan
tarqiq berarti bunyi yang tidak memenuhi mulut.
Huruf yang dibaca
tafkhim (disebut juga huruf isti’la’ karena dilafalkan dengan mengangkat
pangkal lidah ke langit-langit mulut) ada 7, yaitu:
خ
ص ض ط
ظ غ ق
Sedangkan huruf yang
dibaca tarqiq yaitu huruf hijaiiyah selain huruf-huruf di atas, serta hufur-huruf
yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi (alif, ro’, dan lam pada lafadz
Allah).
1. Hukum
Lafadz Allah
Apabila
huruf lam pada lafadz Allah didahului huruf berharakat fathah atau dhommah,
maka dibaca tafkhim (tebal).
هُــوَالله - رَسُوْلُ
الله
Apabila
huruf lam pada lafadz Allah didahului huruf berharakat kasroh, maka dibaca
tarqiq (tipis).
مَنْ عِنْــدِ الله فِيْ ديْــنِ
الله
2. Hukum
Bacaan Ro’
a. Ro’
dibaca tafkhim (tebal), jika:
-
Ro’ berharakat fathah atau dhommah.
مُطَهَــرَةٌ - كُلَّمَارُزِقُوْ الــرَّحْمٰنِ
-
Ro’ sukun atau diwaqafkan yang
didahului huruf berharakat fathah atau dhommah.
يَنْصُــرُ - تُــرْجَعُوْنَ - يَــرْحَمٌ
-
Ro’ diwaqafkan setelah huruf alif
atau wau sukun.
الغَفُــوْرُ - الجَبَّــارُ
-
Ro’ sukun setelah hamzah washol.
ٱرْكُضْ - ٱرْحَمْنَا
b. Ro’ dibaca
tarqiq (tipis), jika:
-
Ro’ berharakat kasroh.
اَبْصَارِهِمْ - وَبَشِّــرِالْذِيْنَ
-
Ro’ sukun setelah huruf berharakat
kasroh dan diikuti huruf selain huruf isti’la’.
فِرْعَــوْنَ - مِرْيَــةٌ
-
Ro’ sukun setelah huruf berharakat
kasroh dan diikuti huruf isti’la’ dalam kata terpisah.
فَصْبِــرْ صَــبْرًا
-
Ro’ diwaqafkan setelah huruf
berharakat kasroh atau ya sukun.
مُنْتَــصِرٌ - لَخَبِــيْرٌ
-
Ro’ diwaqafkan setelah huruf selain
huruf isti’la’ dan didahului huruf berharakat kasroh.
ذِيْ الــذِّ كْر
c. Ro’ boleh
dibaca tafkhim atau tarqiq (lebih utama dibaca tafkhim), jika ro’ berharakat
kasroh diwaqafkan setelah huruf mati yang didahului huruf berharakat fathah
atau dhommah. Lebih utama dibaca tafkhim (tebal).
وَالْــفَجْرِ - وَالْــعَصْرِ
d. Ro’ boleh
dibaca tafkhim atau tarqiq (lebih utama dibaca tarqiq), jika:
- Ro’ sukun setelah huruf berharakat
kasroh dan diikuti huruf isti’la’ berharakat kasroh/ kasrohtain. Kasus seperti
ini hanya ada satu dalam Al Qur’an, yaitu pada surah Asy Syu’araa’ ayat 63:
...كُلُّ فِرْقٍ
كالطَّوْدِالْعظِيْمِ
- Ro’ diwaqafkan setelah huruf isti’la’
sukun yang diawali huruf berharakat kasroh. Kasus seperti ini hanya ada satu
dalam Al Qur’an, yaitu:
الــقِطْرِ
e. Hukum
imalah (hanya berlaku untuk huruf ro’). Dikatakan imalah (condong) karena ro’
berbaris fathah dibaca tarqiq (tipis) yang condong ke kasroh, dan alif (mad)
dibaca condong ke huruf ya. Kasus seperti ini hanya ada satu dalam Al Qur’an
yaitu pada surah Hud ayat 41:
...مَجْرٰىهَا... dibaca
lebih condong ke ...majriiyahaa...
No comments:
Post a Comment