August 21, 2016

Hukum Bacaan Tafkhim dan Tarqiq


Menurut etimologi, tafkhim berarti menebalkan, sedangkan tarqiq berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid, tafkhim berarti bunyi yang memenuhi mulut, sedangkan tarqiq berarti bunyi yang tidak memenuhi mulut.
Huruf yang dibaca tafkhim (disebut juga huruf isti’la’ karena dilafalkan dengan mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut) ada 7, yaitu:
خ    ص    ض    ط    ظ    غ    ق
Sedangkan huruf yang dibaca tarqiq yaitu huruf hijaiiyah selain huruf-huruf di atas, serta hufur-huruf yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi (alif, ro’, dan lam pada lafadz Allah).

1.      Hukum Lafadz Allah
Apabila huruf lam pada lafadz Allah didahului huruf berharakat fathah atau dhommah, maka dibaca tafkhim (tebal).
هُــوَالله        -         رَسُوْلُ الله
Apabila huruf lam pada lafadz Allah didahului huruf berharakat kasroh, maka dibaca tarqiq (tipis).
مَنْ عِنْــدِ الله           فِيْ ديْــنِ الله

2.      Hukum Bacaan Ro’

a.      Ro’ dibaca tafkhim (tebal), jika:
-          Ro’ berharakat fathah atau dhommah.
مُطَهَــرَةٌ  -    كُلَّمَارُزِقُوْ      الــرَّحْمٰنِ

-          Ro’ sukun atau diwaqafkan yang didahului huruf berharakat fathah atau dhommah.
يَنْصُــرُ    -    تُــرْجَعُوْنَ      -    يَــرْحَمٌ

-          Ro’ diwaqafkan setelah huruf alif atau wau sukun.
الغَفُــوْرُ   -    الجَبَّــارُ
-          Ro’ sukun setelah hamzah washol.
ٱرْكُضْ   -    ٱرْحَمْنَا

b.      Ro’ dibaca tarqiq (tipis), jika:
-          Ro’ berharakat kasroh.
اَبْصَارِهِمْ       -    وَبَشِّــرِالْذِيْنَ        

-          Ro’ sukun setelah huruf berharakat kasroh dan diikuti huruf selain huruf isti’la’.
فِرْعَــوْنَ  -    مِرْيَــةٌ

-          Ro’ sukun setelah huruf berharakat kasroh dan diikuti huruf isti’la’ dalam kata terpisah.
فَصْبِــرْ صَــبْرًا

-          Ro’ diwaqafkan setelah huruf berharakat kasroh atau ya sukun.
مُنْتَــصِرٌ  -    لَخَبِــيْرٌ

-          Ro’ diwaqafkan setelah huruf selain huruf isti’la’ dan didahului huruf berharakat kasroh.
ذِيْ الــذِّ كْر

c.     Ro’ boleh dibaca tafkhim atau tarqiq (lebih utama dibaca tafkhim), jika ro’ berharakat kasroh diwaqafkan setelah huruf mati yang didahului huruf berharakat fathah atau dhommah. Lebih utama dibaca tafkhim (tebal).
وَالْــفَجْرِ  -    وَالْــعَصْرِ

d.      Ro’ boleh dibaca tafkhim atau tarqiq (lebih utama dibaca tarqiq), jika:
-    Ro’ sukun setelah huruf berharakat kasroh dan diikuti huruf isti’la’ berharakat kasroh/ kasrohtain. Kasus seperti ini hanya ada satu dalam Al Qur’an, yaitu pada surah Asy Syu’araa’ ayat 63:
...كُلُّ فِرْقٍ كالطَّوْدِالْعظِيْمِ۝
-      Ro’ diwaqafkan setelah huruf isti’la’ sukun yang diawali huruf berharakat kasroh. Kasus seperti ini hanya ada satu dalam Al Qur’an, yaitu:
الــقِطْرِ
e.   Hukum imalah (hanya berlaku untuk huruf ro’). Dikatakan imalah (condong) karena ro’ berbaris fathah dibaca tarqiq (tipis) yang condong ke kasroh, dan alif (mad) dibaca condong ke huruf ya. Kasus seperti ini hanya ada satu dalam Al Qur’an yaitu pada surah Hud ayat 41:

            ...مَجْرٰىهَا...   dibaca lebih condong ke ...majriiyahaa...

No comments:

Post a Comment